Writing Challenge #4 : 3-Day Post (Part I)

Yap, maaf karena kemarin aku skip menulis, engga tau kenapa ngantuk banget jadi males nulis hohoho. Hari ini tantangannya adalah menulis tentang kehiangan (sesuatu atau seseorang) dan buat post ini berlanjut menjadi tiga chapter (tiga hari berturut-turut). Mungkin sebaiknya aku menulis Fiksi ya karena postnya akan berlanjut 3 hari kedepan? Umm, well let’s write on!

****

i love rainy day

Aku masih ingat bagaimana suasana saat itu. Waktu itu aku sedang duduk disebuah kursi dibawah gazebo taman. Udaranya dingin. Langit sedang menangis dan meneteskan air matanya ke bumi. Pohon-pohon yang ada ditaman itu berdansa bersama angin dengan sangat bergairah. Aku sendirian. Bajuku basah dan aku lupa membawa payung. Kulihat beberapa bebek sedang bermain air bersama teman-temannya dikolam ditengah taman. Mereka kelihatannya senang karena memang ini adalah hujan pertama dalam minggu yang panas ini. Di taman itu tidak ada siapa-siapa, hanya aku sendirian duduk memandangi bebek-bebek yang sedang bermain. Angin yang berhembus membawa udara dingin membuat mataku berat dan tanpa sadar aku sudah tertidur bersandar kekursi taman itu. Entah berapa lama aku tertidur, Entah ini siang atau sore aku tidak tahu. Matahari tampaknya malu untuk menampilkan mukanya. Ditengah tidurku yang pulas tiba-tiba aku mendengar suara samar-samar. Suara yang nyaring dan merdu. Aku membuka mataku sedikit. Bukan karena terganggu tapi lebih karena penasaran akan asal-usul suara itu. Disitu, dikursi taman yang ada dihadapanku ada sebuah pemandangan yang tadinya tidak ada. Disana duduk seorang wanita yang sedang mengenakan headset. Dia duduk bersandar dikursi dengan kedua tangannya terlipat didadanya dan kaki kanannya dinaikkan diatas kaki kirinya. Kepalanya sedikit menoleh kearah bebek-bebek yang ada di kolam. Rupanya sumber suara tadi berasal dari wanita itu. Dia sedang bersenandung pelan dan tampaknya dia sedang bahagia karena meski aku baru terbangun, aku dapat dengan jelas melihat senyuman diwajahnya. Sadar kalau aku terbangun, wanita itu menolehkan pandangannya kearahku.

“Apakah aku membangunkanmu?”

“Ah.. tidak juga” Balasku dengan sedikit tersenyum.

Aku membenarkan posisi dudukku dan mengamati wanita itu. Rambutnya yang pendek, berwarna hitam gelap, dan sedikit berantakan itu basah diguyur hujan dan terlihat seperti habis keramas. Dia memakai kemeja putih polos lengan panjang dengan bagian lengannya digulung sehingga seperti berlengan 3/4. Celananya berwarna hitam polos berbahan katun dan bermodel beage. Dia mengenakan sepatu hak tinggi berwarna coklat gelap. Tampaknya ia adalah pegawai kantoran. Disampingnya terdapat sebuah tas wanita berwarna hitam yang berbahan kulit dan sepertinya tas itu adalah merek terkenal yang mahal. Kami duduk saling berhadapan satu sama lain, namun kami tidak saling berbicara. Wanita itu sibuk memandangi bebek-bebek yang sedang bermain sambil bersenandung mengikuti alunan musik di headsetnya dan aku sibuk memperhatikan wanita itu. Senandung wanita itu seakan menyatu dengan suara rintikan hujan dan hembusan angin yang lembut. Rasanya aku dapat tertidur lagi kalau terlalu lama mendengarkan suara itu. Waktu berlalu dan hujan belum juga berhenti. Wanita itu masih melakukan hal yang sama, memandangi bebek sambil bersenandung. Aku telah mengalihkan pandanganku dari wanita itu dan ikut-ikutan memandangi bebek di kolam.

Lama sekali kami duduk terdiam, tapi aku tidak merasa bosan karena tiap detik diisi dengan senandungnya yang harmonis dengan suara sekitar. Rintik hujan semakin lama semakin jarang. Perlahan-lahan, dari balik awan terlihat sinar sang mentari. Hujan sudah reda. Langit tidak lagi bersedih dan matahari tidak lagi malu-malu menampilkan wajahnya. Aku berdiri dari tempat duduku dan mengucapkan salam kepada wanita itu untuk pulang. Dia membalas dengan anggukan kecil dan sebuah senyuman. Aku berjalan menjauh dari gazebo tempat kami menghabiskan waktu selama beberapa jam. Jalanan di taman itu becek akibat diguyur hujan dan aku harus melompat-lompat menghindari kubangan air yang ada dimana-mana. Hujan sudah reda. Inilah yang aku tunggu-tunggu. Inilah kenapa aku menunggu selama beberapa jam di gazebo itu, tapi entah kenapa semakin langkahku menjauh dari gazebo itu, semakin aku ingin kembali kesana. Setidaknya, itulah perasaan yang aku ingat waktu itu.